Dalam hidup dan kehidupan, setiap manusia dalam melakukan aktifitasnya pasti
pernah menemukan perlakuan yang tidak adil atau bahkan sebaliknya, melakukan
hal yang tidak adil. Dimana pada setiap diri manusia pasti terdapat dorongan
atau keinginan untuk berbuat kebaikan “jujur”. Tetapi terkadang untuk melakukan
kejujuran sangatlah tidak mudah dan selalui dibenturkan oleh permasalahan –
permasalahan dan kendala yang dihadapinya yang kesemuanya disebabkan oleh
berbagai sebab, seperti keadaan atau situasi, permasalahan teknis hingga bahkan
sikap moral.
Selasa, 15 Mei 2012
Ilmu Budaya Dasar : Manusia & Keadilan
Senin, 14 Mei 2012
Ilmu Budaya Dasar : Manusia & Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah sifat terpuji yang mendasar dalam diri manusia. Selaras dengan fitrah. Tapi bisa juga tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab. Inilah yang menyebabkan frekwensi tanggung jawab masing-masing individu berbeda.
Tanggung jawab mempunyai kaitan yang sangat erat dengan perasaan. Yang kami
maksud adalah perasaan nurani kita, hati kita, yang mempunyai pengaruh besar
dalam mengarahkan sikap kita menuju hal positif. Nabi bersabda: "Mintalah
petunjuk pada hati (nurani)mu."
Dalam wacana keislaman, tanggung jawab adalah tanggung jawab personal.
Seorang muslim tidak akan dibebani tanggung jawab orang lain. Allah berfirman:
"Setiap jiwa adalah barang gadai bagi apa yang ia kerjakan." Dan
setiap pojok dari ruang kehidupan tidak akan lepas dari tanggung jawab. Kullukum
râ'in wa kullukum mas'ûlun 'an Ro‘iyyatih.....
Tanggung jawab bisa dikelompokkan dalam dua hal. Pertama,
tanggung jawab individu terhadap dirinya pribadi. Dia harus bertanggung jawab
terhadap akal(pikiran)nya, ilmu, raga, harta, waktu, dan kehidupannya secara
umum. Rasulullah bersabda: "Bani Adam tidak akan lepas dari empat
pertanyaan (pada hari kiamat nanti); Tentang umur, untuk apa ia habiskan; Tentang
masa muda, bagaimana ia pergunakan; Tentang harta, dari mana ia peroleh dan
untuk apa ia gunakan; Tentang ilmu, untuk apa ia amalkan."
Kedua, tanggung jawab manusia kepada orang lain
dan lingkungan (sosial) di mana ia hidup. Kita ketahui bersama bahwa manusia
adalah makhluq yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya untuk pengembangan
dirinya. Dengan kata lain, ia mempunyai kewajiban-kewajiban moral terhadap
lingkungan sosialnya. Kewajiban sangat erat kaitannya dengan eksistensi
seseorang sebagai bagian dari masyarakat. Kita sadar bahwa kalau kita tidak
melaksanakan tanggung jawab terhadap orang lain, tidak pantas bagi kita
menuntut orang lain untuk bertanggung jawab pada kita. Kalau kita tidak
berlaku adil pada orang lain, jangan harap orang lain akan berbuat adil pada
kita.
Ada sebagian orang yang berkata bahwa kesalahan-kesalahan yang ia lakukan
adalah takdir yang telah ditentukan Tuhan kepadanya. Dan dia tidak bisa
menolaknya. Satu misal sejarah; suatu ketika di masa Umar bin Khattab, seorang
pencuri tertangkap dan kemudian dibawa ke hadapan khalifah. Beliau
bertanya: "Mengapa kamu mencuri?", pencuri itu menjawab "Ini
adalah takdir. Saya tidak bisa menolaknya." Khalifah Umar kemudian
menyuruh sahabat-sahabat untuk menjilidnya 30 kali. Para sahabat heran dan
bertanya "Mengapa dijilid? bukankah itu menyalahi
aturan?" Khlaifah menjawab "Karena ia telah berdusta
kepada Allah."
Seorang muslim tidak boleh melepas tangan (menghindar dari tanggung jawab)
dengan beralasan bahwa kesalahan yang ia kerjakan adalah takdir yang ditentukan
Allah kepadanya. Tanggung jawab tetap harus ditegakkan. Allah hanya menentukan
suratan ulisan) tentang apa yang akan dikerjakan manusia berdasarkan keinginan
mereka yang merdeka, tidak ada paksaan. Dari sinilah manusia dituntut untuk
bertanggung jawab terhadap apa yang ia lakukan. Mulai dari hal yang sangat
kecil sampai yang paling besar. "Barang siap yang berbuat
kebaikan, walau sebesar biji atom, dia akan melihatnya. Dan barang siapa yang
berbuat kejelekan, walau sebesar biji atom, maka ia akan melihatnya pula" (al
Zalzalah 7-8).
Minggu, 13 Mei 2012
Ilmu Budaya Dasar : Manusia & Kebijakan
Setiap manusia, yang mempunyai kedudukan individual maupun dalam kelompok mempunyai KEBIJAKAN untuk dirinya atau yang ada diluar dirinya, apakah istri/suami, anak - anaknya dan atau yang lainnya. Kebijakan adalah rujukan yang diperuntukkan untuk mengarahkan manusia kemana ia harus melangkah, dalam kehidupan manusia ada tiga jenis kebijakan, kebijakan sebagai mahluk Tuhan, kebijakan sebagai manusia pribadi dan kebijakan manusia sebagai mahluk sosial.
Kebijakan Yang Berimbang
manusia yang mempunyai
tiga jenis kebijakan harus mempunyai kemauan untuk mewujudkan kemampuannya yang
diperolehnya dengan berimbang, dengan demikian ia mempunyai kehidupan yang
harmonis sebagai mahluk Tuhan, manusia sebagai mahluk pribadi dan manusia
sebagai mahluk sosial.Kebijakan yang ada dan dilakukan manusia memang tidak
serta merta dapat dilakukannya untuk mendudukkan dirinya sebagai mahluk yang
punya perimbangan sebagai manusia paripurna, karena manusia selalu dalam proses
dalam pencapaian pencarian jati dirinya, dan Tuhan selalu menghargai proses
pencarian jati diri manusia sebagai upaya untuk menjadi manusia yang mempunyai
keselarasan dalam kehidupannya yang penuh dengan keseimbangan.
Kebijakan Dalam Kebajikan
Kebajikan adalah nilai -
nilai manfaat yang ada dan melekat dalam kehidupan manusia sebagai keniscayaan,
ketika kebajikan melekat dalam kehidupan manusia maka harmonisasi yang ada
dalam masyarakat tercipta dan itu harapan semua manusia yang manusiawi, yang
ada dalam diri kita semuanya.
Kenyataan yang ada dalam
hidup manusia yang penuh ujian, dari kegagalan demi kegagalan, kesulitan demi
kesulitan, kesusahan demi kesusahan yang mendera manusia , sering manusia
memudahkan cara dan jalannya untuk memperoleh kemudahan untuk
menghilangkan kegagalan,kesulitan dan kesusahan yang penting happy.
Bahasa yang mengatakan yang penting senang adalah kecenderungan yang ada
pada masyarakat kita saat ini, sehingga kebijakan yang dilakukan manusia
sebagai mahluk Tuhan, pribadi dan masyarakat merusak harmonisasi dan tatanan
kehidupan masyarakat .
Kebijakan yang tidak
disertai kebajikan, tentunya menghasilkan disharmonisasi dalam kehidupan, bukan
saja dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, namun juga dalam kehidupan
pribadi dan kehidupannya sebagai mahluk Tuhan, dan ini merupakan aplikasi dari
bahasa yang penting senang, dan itu hanya untuk dirinya sendiri dan kelompoknya.
Sabtu, 12 Mei 2012
Ilmu Budaya Dasar : Manusia & Harapan
Harapan, cita – cita semua itu hampir sama. Namun berbeda pengertian. Dalam Ilmu Budaya Dasar mengatakan harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang. Kita tahu bahwa harapan adalah sesuatu yang perlu kita capai meskipun tidak terlalu di utamakan (tidak terlalu muluk), namun pada hakekatnya Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Begitu juga dengan cita – cita, setiap manusia pasti memiliki cita – cita sejak ia kecil, cita – cita merupakan sebuah harapan dimasa depan (belum terwujud).
Perlu kita ketahui
bahwasanya manusia itu terlahir sebagai makhluk sosial, maka manusia tidak
dapat yang namanya hidup sendiri, perlu interksi sosial dan saling membutuhkan
satu sama lain. Seperti contoh didalam suatu keluarga, saat anak mulai beranjak
dewasa dalam buku Ilmu Sosial Dasar mengatakan Ada dua hal yang mendorong
manusia hidup dalam pergaulan manusia lain yaitu dorongan kodrat dan dorongan
kebutuhan hidup. Yaitu Setiap lahir ke dunia manusia langsung disambut dalam
suatu pergaulan hidup, yakni ditengah suatu keluarga dan anggota masyarakat
lainnya.
Harapan, kata ini
mengandung makna yang sama dengan kebutuhan manusia. Yang mana setiap manusia
ingin sesuatu yang diinginkannya, dalam buku Ilmu Sosial Dasar menyebutkan
bahwa kebutuhan manusia itu terdiri atas :
1. kelangsugnan hidup
2. keamanan
3. hak dan kewajiban
mencintai dan dicintai
4. diakui lingkungan
5. perwujudan cita-cita
Dalam pengertiannya
memiliki arti yang sangat luas dalam kaitannya dengan harapan setiap jiwa
manusia, untuk kelangsungan hidup itu sendiri memiliki arti bahwa dimana Setiap
makhluk hidup selalu berusaha untuk mempertahankan kehidupannya, maksudnya
manusia harus dapat bertahan hidup dalam paradigma kehidupan.
Hak dicintai dan mencintai
juga merupakan sebuah kewajiban dimana seorang manusia perlu memiliki rasa
saling mencintai dan dicintai. Karena dengan itu semua akan dapat terwujudnya
rasa aman dan rasa saling menjaga tentunya. Itu semua merupakan kebutuhan
manusia yang setiap individu harapakan.
Kata diakui lingkungan
mengingatkan Saya pada sebuah tokoh kartu Naruto karya Masashi Kishimoto,
dimana sebuah anak yang dijauhi oleh penduduk desa, karena anak itu merupakan
jelmaan siluman rubah. Kita sadar bahwa disini menjelaskan bahwa setiap
seseorang yang memiliki kekurangan perlu kita akui keberadaannya, kekurangan bukan
merupakan jembatan pemisah bagi setiap kehidupan didunia. Adanya komunitas bagi
penyandang cacat, itu juga merupakan yang perlu kita akui keberadaannya. Dengan
kita mengakui keberadaan setiap manusialah kita dapat memiliki rasa dicintai
dan mencintai.
Semuanya adalah
perwujud-an suatu cita – cita manusia, dimana semua itu adalah sebuah harapan
manusia didunia ini. Andai itu semua terjalin mungkin tidak ada yang namanya
Perang Nuklir, Kerusuhan, Tawuran, Pemerkosaan, Pembunuhan, dan Korupsi. Namun
setiap individulah yang harus bisa mensikapi itu semua, karena dari diri kita
sendiri maka akan berpengaruh ke keluarga, kemudian teman-teman terdekat,
kelompok masyarakat, Negara, dan Dunia.
Jumat, 11 Mei 2012
Ilmu Budaya Dasar : Manusia & Kegelisahan
Manusia dan Kegelisahan adalah tema yang akan saya muat dalam sebuah Opini kali ini yaitu untuk memenuhi tugas Ilmu Budaya Dasar. Manusia dalam Kegelisahan, kegelisahan merupakan rasa kekhawatiran yang ada dalam diri manusia, rasa ini disebabkan karena kurang tentramnya jiwa seseorang tersebut, atau rasa tidak tenang (tidak sabar) yang menyebabkan rasa gelisah ini muncul.
Pada hakekatnya
sebab-sebab orang gelisah disebabkan karena rasa takut pada hak-haknya. Namun
terlepas dari itu usaha untuk mengatasi kegelisan sangatlah perlu. Yaitu dengan
dimulai dari diri kita sendiri, dengan bersikap tenang dan tidak terbawa
pengaruh emosi dalam jiwa kita. Karena jiwa kita sendirilah yang dapat kita
kontrol untuk terlepas dari rasa kegelisahan.
Menururt Sigmund
Freud (Ahli Psikoanalisa) Kegelisahan atau kecemasan disebabkan oleh
tiga macam yaitu :
1. Kecemasan Obyektif
2. Kecemasan Neoritis
3. Kecemasan Moril
Menurut dari sumber Buku
Ilmu Budaya Dasar, “Kecemasan Obyektif” adalah suatu pengalaman perasaan
sebagai akibat pengamatan atau suatu bahaya dalam dunia luar. Dapat
Saya simpulkan bahwa maksudnya yaitu apabila seseorang telah mengalami hal
terburuk dalam hidupnya yang mengakibatkan seseorang itu mengalami rasa
terauma, maka akan muncul rasa gelisah dalam hidupnya akan bahaya dunia luar.
Sigmund Freud juga membagi tiga
pengertian “Kecemasan Neoritis” yaitu yang pertama Kecemasan yang
timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan. Yang kedua Kecemasan timbul
karena orang itu takut akan bayangannya sendiri, atau akan id-nya sendiri,
sehingga menekan dan menguasai ego.yang terakhir yaitu Kecemasan yang
menjadikan sifat dari seseorang yang gelisah, yang selalu mengira bahwa sesuatu
yang hebat akan terjadi.
Kecemasan Moril biasanya
disebabkan karena pribadi seseorang itu sendiri. Setiap pribadi seseorang
memiliki emosinya masing-masing, diantaranya rasa iri, rasa kebencian, dendam,
dengki dan rasa kurang. Sifat inilah yang akan menjadikan pribadi kurang akan
moril-nya. Dalam artian rasa kurang inilah yang dapat menyebabkan seseorang
kurang dalam pergaulannya, menyebabkan pribadi kurang berprestasi, dan
menganggap seseorang itu sebagai lawan.
Langganan:
Postingan (Atom)